Skip to main content

Posts

Sekalinya, cukup!

Dari semuanya yang begitu cepat, lalu sempat merasa sangat bersalah sampai benar sangat tidak apa - apa... Aku yang seperti sudah tahu akhirnya, merasa memang sudah semestinya kelak tidak ada lagi perasaan yang sengaja dihilangkan atau disembunyikan tidak lagi dengan alasan "Because the only one..." ...
Recent posts

The Last Word

Lagi - lagi terlalu jauh, perkiraan pastilah salah sasaran. Pernah diantara menyesal dengan keputusan tapi yang dilakukan itu benar. Banyak ku ingin bicara, namun kau diawasi. Banyak ku ingin melihat, namun kau tak sendiri. Memang banyak inginku ini sampai lelah ku telan sendiri. Entah hari ini, besok, ataupun lusa kamu pulang, senyum ku untuk secangkir Cold brew latte itu. Terimakasih.

Prologue

Terhitung 29 Agustus, dimana aku memutuskan untuk berhenti. Maaf aku lelah berdiri lama... Aku benci menunggu, tapi "pertemuan" mengharuskan ku untuk menunggu. Aku benci mengakhiri, tapi "keraguan" mengharuskan ku untuk mengakhiri. Jauh dari "Benci dan keharusan", aku sangat menikmati "kerinduan" sebelum cemburu termuntahkan. Maaf jika saat itu aku terlalu cemburu untuk tidak berada disamping mu, maaf jika saat itu aku telalu lemah mendengar keraguan terlontar dari mulut mu, sempat aku memutuskan untuk tidak bersikap, tapi malah menyiksa diri. Sengaja aku lepas agar kita tau dimana sakit itu bersembunyi, lalu obati lukanya masing - masing.  ---

Draft Life

Aku  kira  ku  sudah  mati  rasa Sampai  tidak  lagi  peduli  dengan  perasaan Mungkin  mati  pun  terasa  biasa Bahkan  canda  dan  air  mata  terlihat  sama Dia  bilang  empati  ku  sudah  hilang Apalagi  yang  lainnya.

Confession

Meraba  jalan  yang  kian  melambat  mencari  sudut  yang  tumpul  lalu  lari  dari  menghakimi,  apa  bisa? Aku  mengakuinya. Aku  mengakuinya. Aku  mengakuinya. Aku  mengakuinya. Jangan  salahkan  duniaku  saat  ini,  jangan  salahkan  jalanku  yang  sekarang. Cukup  aku  tenggelam  dan  sembunyi Aku  nyaris  mati  menahan  diri Kini  aku  pergi mencari  genggamanku  sendiri.

Apa hanya itu?

Kenapa?  semua  terlepas  seakan  sudah  waktunya,  kamu  mengisyaratkan  seakan  ingin  pergi  jauh  dari  sini,  namun  di sisi  lain  kamu  hanya  diam  seakan  menyerah  dengan  waktu. Kamu  selalu  mengeluh,  kamu  bilang  kamu  lelah,  dan  sudah  tidak  tahan  lagi.  setelah  itu  kamu  bilang,  terlalu  sulit  jika  kamu  tidak  hilang  ingatan.  Apa  disetiap  detik  dalam  waktumu  hanya  ada  dua  sisi  yang  saling  berdebat  untuk  kamu  tetap  tinggal,  atau  pergi???